Menguasai Dua Bahasa Dapat Memperlambat Penuaan Otak


Dewasa ini, dapat menguasai dua bahasa atau lebih menjadi suatu keharusan. Apalagi jika bahasa yang dikuasai merupakan bahasa internasional, seperti bahasa Inggris. Tak jarang setiap perusahaan melampirkan wajib menguasai bahasa Inggris dalam merekrut pegawai-pegawainya.

Selain memudahkan untuk mencari pekerjaan, dapat menguasai banyak bahasa dapat menjadi kebanggan tersendiri. Apakah hanya itu saja manfaatnya? Tentu tidak, penelitian baru menunjukkan orang yang menguasai dua bahasa atau lebih dapat memperlambat penuaan otak.

Sebuah studi baru menemukan, berbicara dalam dua bahasa atau lebih dapat memperlambat penurunan kognitif yang disebabkan oleh penuaan. Bilingualisme memiliki efek positif pada kognisi (proses mental seperti berpikir, mengingat, memahami, merencanakan dan memilih) di kemudian hari, bahkan bagi mereka yang menguasai bahasa kedua setelah dewasa.

Untuk membuktikan hal ini, para peneliti mengumpulkan data dari Lothian Birth Cohort 1936, yang terdiri dari 835 penutur asli bahasa Inggris yang lahir dan tinggal di wilayah Edinburgh, Skotlandia.

Para peserta diberikan tes IQ pada tahun 1947 pada usia 11 tahun dan mereka diuji ulang ketika usia mereka sekitar 70-an, antara tahun 2008 dan 2010. Peserta dilaporkan sebagian besar dapat menguasai satu bahasa lain selain bahasa Inggris, 195 belajar bahasa kedua sebelum usia 18 dan 65 mempelajari setelahnya.

Hasil penemuan menunjukkan, orang-orang yang menguasai dua bahasa atau lebih memiliki kemampuan kognitif yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang hanya menguasai satu bahasa saja.

Efek kuat yang dirasakan terlihat pada kecerdasan umum dan pada saat membaca. Dr Thomas Bak dari Pusat Cognitive Aging and Cognitive Epidemiology di University of Edinburgh mengatakan, "Temuan ini sangat relevan. Jutaan orang di dunia menguasai bahasa kedua mereka di kemudian hari atau ketika mereka dewasa. Studi kami menunjukkan bilingualisme yang diperoleh di masa dewasa dapat memperlambat penuaan otak".

Temuan ini diterbitkan dalam Annals of Neurology, sebuah jurnal dari American Neurological Association dan Child Neurology Society.